Untuk Kau
Ke kamar ini aku kembali,
menerokai ruang rindu tak bertepi.
Kau di sana apa kabar?
Aku di sini masih bersabar, merawati yang berdebar.
Sapaan ini kesekian kali kucecar,
kini lewat tinta yang terhantar.
Setahun yang lalu
di mulut gang itu,
kau melambaikan tangan
kau melambaikan tangan
tak kunyana itu tanda perpisahan.
Bukan!
Bukan perpisahan yang hakiki,
karena sejatinya hatiku masih terus mengunjungi
hatimu yang kini entah ada yang memiliki.
Kau di sana sudah makan?
Ah... Kadang asmara membuatku kekanakkan.
Aku hanya meniru kebanyakan orang, katanya itu perhatian.
Padahal bagiku itu tak lebih dari sisipan dalam sebuah percakapan.
Dan bodohnya, kenapa aku ikut-ikutan?
Kau di sana lagi ngapain?
Bukan maksudku ingin tau urusan orang lain.
Aku hanya ingin memastikan,
siapa tau kau sedang menyimpan kerinduan, mungkin padaku bisa kau titipkan.
Kuharap kau membalas pesan ini,
meski hanya jawaban sesingkat; Sehat. Sudah. Bernafas. Itu sangat berarti.
Bandung, 04/06/2016
meski hanya jawaban sesingkat; Sehat. Sudah. Bernafas. Itu sangat berarti.
Bandung, 04/06/2016
Posting Komentar untuk "Untuk Kau"