Keloceh Tuna Asmara
Menurutku, kisah ini tak semestinya diperlakukan seperti air dalam bejana. Bagaimana pun bentuk bejana, entah itu cekung, cembung, atau meliuk, air akan terkungkung mengikutinya. Selayaknya kisah ini ibarat air sungai yang mengalir. Seberapa terjal jurang, sebesar apa pun batu menghadang, ia akan tetap ke hilir.
Kisah ini pun tak sepantasnya diperlakukan seperti pasir dalam genggaman. Semakin digenggam erat, dia akan berjatuhan dan lama kelamaan akan hilang. Lain halnya jika kita mencoba untuk meregangkan genggaman, niscaya pasirnya tidak akan berjatuhan.
Ya... namanya juga hidup, alurnya tak seperti dongeng sebelum mata terkatup. Hidup itu penuh warna dan corak; terang-redup, kasar-halus, tak sekadar menghirup dan mengembus. Pun tak cuma meratapi waktu yang membuat raga kian tergerus.
Bicara soal waktu, awalnya kukira hanya tentang menunggu. Padahal waktu juga bicara tentang mencari. Apa gunanya menunggu yang semu jika kau bisa mendapat yang pasti. Sayangnya, urusan hati tak semudah memakan kerupuk. Karena semakin dalam kau rasa, meninggalkannya akan membuatmu makin terpuruk.
Akhirnya yang harus kau lakukan adalah berikhtiar. Berusaha untuk sabar, meski harus merawati bermacam cabar. Kau juga harus pintar mengelola hati yang sering bergetar.
Selain itu, kau harus terbiasa, disantroni dia dalam bentuk rasa, entah kecewa atau bahagia, yang pasti keduanya berpotensi menggores luka. Atau, kau tergoda cerita baru rasa lama, sebentuk rayu dugaan cinta.
Memang, jatuh hati bukan kesalahan. Tapi ada yang perlu dicamkan, jangan sekali lagi terjerat oleh ikatan semu bernama pacaran. Karena survey membuktikan, pacaran tak selalu berujung pernikahan. Malah menurutku pacaran itu semacam salah satu cabang seni untuk memulai pertengkaran.
Percayalah, bahwa perihnya kekecewaan, jenuhnya penantian, adalah satu dari sekian ujian menuju kedewasaan. Sekarang, waktunya kau, juga aku untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Karena pada hakikatnya segala sesuatu; kelahiran, kehidupan, hingga kematian, itu berasal dari Tuhan.
~
Undzur ma qola, wa laa tandzur man qola.
Kadang tuna asmara lebih bijak dari para pecinta :D
Kisah ini pun tak sepantasnya diperlakukan seperti pasir dalam genggaman. Semakin digenggam erat, dia akan berjatuhan dan lama kelamaan akan hilang. Lain halnya jika kita mencoba untuk meregangkan genggaman, niscaya pasirnya tidak akan berjatuhan.
Ya... namanya juga hidup, alurnya tak seperti dongeng sebelum mata terkatup. Hidup itu penuh warna dan corak; terang-redup, kasar-halus, tak sekadar menghirup dan mengembus. Pun tak cuma meratapi waktu yang membuat raga kian tergerus.
Bicara soal waktu, awalnya kukira hanya tentang menunggu. Padahal waktu juga bicara tentang mencari. Apa gunanya menunggu yang semu jika kau bisa mendapat yang pasti. Sayangnya, urusan hati tak semudah memakan kerupuk. Karena semakin dalam kau rasa, meninggalkannya akan membuatmu makin terpuruk.
Akhirnya yang harus kau lakukan adalah berikhtiar. Berusaha untuk sabar, meski harus merawati bermacam cabar. Kau juga harus pintar mengelola hati yang sering bergetar.
Selain itu, kau harus terbiasa, disantroni dia dalam bentuk rasa, entah kecewa atau bahagia, yang pasti keduanya berpotensi menggores luka. Atau, kau tergoda cerita baru rasa lama, sebentuk rayu dugaan cinta.
Memang, jatuh hati bukan kesalahan. Tapi ada yang perlu dicamkan, jangan sekali lagi terjerat oleh ikatan semu bernama pacaran. Karena survey membuktikan, pacaran tak selalu berujung pernikahan. Malah menurutku pacaran itu semacam salah satu cabang seni untuk memulai pertengkaran.
Percayalah, bahwa perihnya kekecewaan, jenuhnya penantian, adalah satu dari sekian ujian menuju kedewasaan. Sekarang, waktunya kau, juga aku untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Karena pada hakikatnya segala sesuatu; kelahiran, kehidupan, hingga kematian, itu berasal dari Tuhan.
~
Undzur ma qola, wa laa tandzur man qola.
Kadang tuna asmara lebih bijak dari para pecinta :D
Jadi jangan hanya menunggu yaaa, tapi harus mencari juga biar ngak kelamaan jomblo hehehe
BalasHapusYa bisa jadi seperti itu... hehe
Hapus