Barokah Minggu Malam di Pusdai Jabar
Melihat banner-nya yang bertuliskan "Satu Jam Lebih Dekat Bersama Ustadz Gubernur Jawa Barat", sepertinya acara akan berjalan menarik. So pasti karena pengisi acaranya adalah Gubernur Jawa Barat saat ini, Ahmad Heryawan (Kang Aher).
Oh iya, ada yang belum tahu Pusdai Jabar? Pusdai Jabar itu singkatan dari Pusat Dakwah Islam Jawa Barat. Pusat Dakwah Islam merupakan pendekatan istilah dari kata “Islamic Centre” dalam bahasa Inggris atau “al-Markaz al-Islami” dalam bahasa Arab.
Pusat Dakwah Islam mempunyai pengertian “masjid yang diperluas” atau “masjid plus” yaitu tempat masyarakat muslim melaksanakan ibadah dan taklim, pemberdayaan umat, serta pengembangan budaya Islam. [Pusdai.or.id]
Meskipun lupa-lupa-ingat letak Masjid Pusdai, saya nekat pergi sendirian. Berdasarkan Google Map, Pusdai Jabar terletak di Jalan Diponegoro No. 63 Bandung, sebelah timur komplek Gedung Sate. Sebenarnya pada H-1 acara saya sempat mengajak seorang teman, namun ketika hari H dia malah berhalangan, mungkin lagi M (Mencret).
Karena masih usum razia kendaraan bermotor, saya memutuskan untuk naik Angkot meskipun hambur di ongkos. Dari pada kena tilang pak Pol (belum punya SIM nih). Sebelum naik Angkot, saya harus berjalan kaki sekira 1 km dari rumah ke jalan raya (Cibiru). Dari Cibiru saya naik Angkot Cileunyi-Cicaheum.
Sekadar info, terhitung 14 Juni 2015 dari Cibiru ke Cicaheum ongkosnya sebesar 4.500.111.840.615.165.50 Dollar Zimbabwe [setara 6000 rupiah] :D
Dari Terminal Cicaheum ada dua pilihan rute Angkot untuk mencapai Pusdai Jabar, yaitu Cicaheum-Ledeng dan Cicaheum-Ciroyom. Saya lanjut via Angkot Cicaheum-Ledeng. Memang rute Angkot Cicaheum-Ledeng melewati Jalan Diponegoro, jadi kita bisa turun langsung di depan Masjid Pusdai, tapi ongkosnya lebih mahal karena jalannya muter-muter.
Sedangkan Angkot Cicaheum-Ciroyom sedikit lebih murah karena jalan yang diambil lurus ke arah Jalan Surapati, namun Angkot ini hanya melewati belakang Masjid Pusdai, sehingga kita harus menguras keringat berlebih untuk mencapai gerbang Masjid Pusdai.
Singkat cerita saya tiba di depan Masjid Pusdai, dengan segala kebingungan saya luak-lieuk mencari lokasi acara. Karena bingung ga tau harus ke mana, saya pun duduk di teras Masjid sambil menunggu adzan Ashar. Mata terus melirak-lirik kesana-kemari mencari orang yang mengenakan seragam Botaq. Sejauh mata memandang, tidak ada yang berseragam Botaq. Galau dah.
Tak berselang lama Adzan Ashar berkumandang, saya bergegas masuk ke dalam Masjid. Di dalam saya lihat ada seseorang yang mengenakan kaos Botaq, saya pun menghampirinya dan mencoba ngajak ngobrol. Obrolan berjalan terlalu singkat karena sudah terdengar iqomat. Tak apa, yang penting saya ada teman.
Persiapan acara - Dok. Pribadi |
Walaupun baru pertama ketemu, anggota Botaq ternyata ramah-ramah, suatu pertanda baik bagi saya sebagai anak baru. Saya sedikit kaget ketika dari kejauhan terlihat Sigit Nugroho, wartawan senior. Dulu saya pernah melihatnya, di TV, ketika beliau menjadi komentator pertandingan sepakbola. Usut punya usut ternyata Mas Sigit adalah bagian dari Botaq. Saya pun menghampirinya, bersalaman, dan sedikit berbincang.
Meskipun rada ngaret dari jadwal (15.30), acara pun akhirnya dimulai (± 16.00) dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, dilanjutkan dengan ceramah pembuka dari seorang ustadz. Tak berselang lama, hadirlah pengisi acara utama, yakni Kang Aher. Memang tausiyah yang dibawakan Kang Aher tidak sampai satu jam, tapi lumayan ada ilmu yang bisa dibawa ke rumah.
Sehabis tausiyah, Kang Aher menyempatkan diri untuk foto bareng Botaq. Meskipun baru gabung, saya pun ikut foto bareng dengan masih menyimpan rasa canggung. Sesaat setelah acara berakhir, kumandang adzan Maghrib terdengar, jamaah bergegas mengambil wudhu. Imam shalat Maghrib saat itu adalah Kang Aher, kesempatan langka diimamin Gubernur.
Ceramah Ustadz pembuka (kiri), Tausiyah Kang Aher (tengah), Kang Aher dan Kang Dede (kanan) |
Berkat acara tersebut, banyak hikmah yang saya dapatkan, mulai dari ilmu keagamaan hingga berkenalan dengan orang-orang baru yang Insyaallah mengajak kepada kebaikan. Mudah-mudahan dengan bergabungnya saya di Bobotoh Taqwa dapat memperpanjang tali silaturahmi dan membawa barokah. Amin.
Setelah shalat Isya, tibalah waktu pulang. Saya yang datang tak dijemput, pulang pun ga ada yang antar. Saya memutuskan untuk berjalan ke belakang Masjid Pusdai dan naik Angkot Ciroyom-Cicaheum. Alasannya karena doku di saku udah nipis. Segitu dulu ah ceritanya. Wassalam.
keren artikelnya
BalasHapuskunbal keblog ane bang-gas.blogspot.com
Thanks... Oke sip...
Hapus